Merdeka!!
Merdeka!!
Merdeka!!
Setiap tahun, setiap tanggal 17 Agustus
kata-kata itu selalu diteriakkan.Tapi apa sebenarnya makna merdeka itu? Apakah hanya perayaan dan
uforia? Apakah lomba balap karung?
Bung Ono Kartono (PC SPKEP SPSI Kab/Kota
Bekasi) pernah mengatakan ‘’jika emas kita sudah di ambil oleh Amerika, minyak
kita sudah di ambil Kanada dan tanah kita sudah di kuasai China, baru kita sadar
bahwa kita adalah negara miskin.
Dimanakah peranan pemerintah? Sudahkah pemerintah
negara melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia? Pada kenyataannya
justru pemerintah menjadi aktor yang membuka pintu seluas-luasnya kepada negara terbuka atas nama
globalisasi, menggelar karpet merah bagi kepentingan para investor untuk
mengeruk kekayaan alam Indonesia.
Tidak tuntasnya Reformasi ‘98 justru melahirkan
permasalahan baru dengan di amandemennya UUD 1945 hingga empat kali amandemen,
serta hilangnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yang notabene pancasila adalah ideologi dan falsafah bangsa Indonesia. Pancasila
dan UUD 1945 telah digantikan oleh Demokrasi dan HAM yang didengungkan oleh Amerika
dan zionis. Demokrasi dan HAM hanyalah akal-akalan Amerika untuk menjajah Indonesia
melalui politik dan ekonomi, Amerika kehilangan Vietnam bukanlah suatu
kerugian, tapi mendapatkan Indonesia adalah keuntungan yang sangat besar.
Lihatlah hari ini dimana yang namanya
demokrasi berkuasa, pancasila hanyalah simbol dan dijadikan alat untuk menciptakan lahan
korupsi dan kerajaan-kerajaan baru di daerah melalui otonomi daerah.
Ketuhanan yang maha esa telah tergantikan
dengan Uang yang berkuasa (sekuler/materialism)
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Masihkah beradab?
Lihatlah keributan-keributan yang dipertontonkan elit politik di senayan, tawuran
antar warga, tawuran mahasiswa, tawuran pelajar, anak tidak lagi hormat kepada
orangtua, guru dijadikan terpidana hingga tontonan yang tidak mendidik yang
disiarkan oleh televisi. Budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia
begitu mudahnya masuk tanpa adanya proteksi (HAM)
Persatuan Indonesia telah tergantikan dengan
persatuan kelompok dan partai politik (otonomi daerah)
Kerakyatan yang dipimpin oleh khikmad,
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan telah tergantikan oleh suara terbanyak, orang yang mempunyai
banyak uang mampu membeli suara sehingga orang miskin walaupun pintar tidak
punya kesempatan untuk menjadi pemimpin (Demokrasi)
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia telah
tergantikan oleh kepentingan kelompok dan golongan.
Masikah kita merdeka? Merdeka untuk siapa?
Masuknya china melalui perjanjian perdagangan
bebas antara Indonesia dengan China dalam kerangka perjanjian bebas ASEAN dengan
China (ACFTA) selama 5 tahun terakhir, Indonesia selalu mengalami deficit
perdagangan. Dalam pertemuan tingkat tinggi Kedua Indonesia - China untuk
membahas kerjasama Ekonomi juga dibahas isu mengenai industri dan investasi ,
diantaranya termasuk isu izin tinggal bagi tenaga kerja asing, kawasan industri
terpadu, pembebasan tanah untuk
pembangunan infrastruktur serta kerjasama dalam bidang energi, pertanian dan perikanan serta keuangan merupakan skema lain yang
akan membuat Indonesia akan mengalami keterpurukan lebih dalam.
Dengan semua kondisi
diatas, masihkah kita merasa merdeka?
Masihkah kita berdiam
diri?
Kekuatan terbesar di Indonesia
saat ini adalah gerakan mahasiswa, pemuda dan buruh. Dimanakah mahasiswa? Dimanakah
pemuda? Dimanakah buruh?
Bayangkan berapa besar
kekuatan jika tiga unsur itu disatukan, bukan hanya sistem Negara yang bisa
dirubah bahkan duniapun bisa dirubah jika bersatu. Perubahan tidak akan turun
dari langit jika kita hanya berdiam diri.
Mari satukan kekuatan
untuk Indonesia yg lebih baik!!
“Jika hari ini begitu
sulit bagi kita untuk menemukan alasan mengapa kita harus bergerak, maka
sesungguhnya mencari alasan untuk tetap berdiam diri tentu akan jauh lebih
sulit. Karena, selama bumi pertiwi ini masih menangis, selama itu pula bergerak
adalah satu-satunya pilihan” (AF)
Dirgahayu Republik Indonesia
ke-71.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar